kyaijabir.blogspot.com- keyai Puji pujian menjelang solat fardu | Keyai Jabir kebumen
Puji-pujian didendangkan di mushalla, langgar atau masjid merupakan
nyanyian puitis yang bernuansa keagamaan. Puji-pujian tersebut biasanya
didendangkan bersama-sama oleh para jemaah menjelang shalat Subuh,
Dzhur, Ashar, Maghrib atau Isya sembari menanti datangnya anggota
masyarakat lain yang turut mendirikan shalat berjamaah. Puji-pujian
tersebut ada yang menggunakan bahasa Arab maupun bahasa daerah. Mungkin
berkat susunannya yang ritmis, puji-pujian ini mudah dihafal dan
menyebar dari satu musala atau masjid ke musala lainnya.
Puji-pujian yang didendangkan para jemaah ini biasanya selalu didahului
dengan salawatan atau membaca shalawat Nabi dan puji-pujian pada Nabi
SAW. Meskipun puji-pujian tersebut berbahasa Jawa, puji-pujian ini
selalu didahului shalawat nabi yang memiliki berbagia keutamaan.
t;
Dari Hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a ( dalam Assamarqandi, 1980: 619) Nabi SAW bersabda yang artinya: “Bacalah
shalawat untukku, sebab bacaan shalawat itu membersihkan kekotoranmu
(dosa-dosamu) dan mintalah kepada Allah untukku wasilah. Apakah wasilah
itu ya Rasulullah? Jawabnya: Satu derajat yang tertinggi dalam sorga
yang tidak akan dicapai kecuali oleh seorang, dan saya berharap semoga
sayalah orangnya”.
Orang mengenal pujian disebarkan oleh kalangan pesantren dan ada yang
mengatakan puji-pujian ini diperkenalkan oleh para walisongo, yakni
penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Seperti yang masyarakat kenal lewat
sejarah bahwa pendekatan yang digunakan para Walisongo dalam menyebarkan
agama Islan adalah pendekatan persuasif yang bersifat kemasyarakatan
sesuai dengan adat dan budaya masyarakat waktu itu.
Salah satu contohnya adalah Sunan Giri yang menciptakan Asmaradana dan
Pucung. Sunan Giri jugalah yang menciptakan tembang-tembang dolanan
anak-anak yang di dalamnya diberi unsur keislaman, misalnya Jamuran,
Cublak-cublak Suweng, Jithungan dan Delikan (Rahimsyah, tanpa tahun:
54).
Selain Sunan Giri, ada lagi Sunan Bonang yang menciptakan karya sastra yang disebut Suluk. Suluk berasal dari bahasa Arab ”Salakattariiqa”
, artinya menempuh jalan (tasawuf) atau tarikat. Ilmu Suluk ini
ajarannya biasanya disampaikan dengan sekar atau tembang disebut Suluk,
sedangkan bila diungkapkan secara biasa dalam bentuk prosa disebut
Wirid. Salah satu Suluk Wragul dari Sunan Bonang yang terkenal adalah
Dhandanggula. Sebagian masyarakat (yang mengenal tarikat) mengatakan
bahwa teks puji-pujian diciptakan oleh para pemimpin tarikat dan Syekh
Abdul Qadir Jailani.
kyaijabir.blogspot.com Puji-pujian yang diperdengarkan di musala berisi shalawatan, do’a-doa
mustajabah, dan petuah-petuah hidup. Puji-pujian yang diperdengarkan di
musala-musala atau masjid-masjid kental dengan ajaran Tasawuf.
Obat Hati Lima Perkara
Pedoman hidup muslim adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Al-Qur’an
diturunkan Allah melalui utusan-Nya , yakni Nabi Muhammad SAW. Dengan
adanya Al-Qur’an dan Al-Hadits ini menjadi jelaslah jalan lurus yang
harus ditempuh manusia serta aliran yang benar yang harus diikuti untuk
memahami pengertian-pengertian hukum yang tercantum di dalamnya. Hal ini
pulalah yang merupakan pemisah antara yang halal dan haram. Fungsinya
adalah sebagai cahaya yang cemerlang, dengan berpegang teguh itu akan
selamatlah setiap manusia dari tipuan. Kandungannya penuh dengan penawar
untuk menyembuhkan hati dan jiwa yang sakit.
Mengenai obat hati ini, dalam teks puji-pujian ditawarkan adanya lima
hal yang mampu menjadi obat bagi hati manusia. Kelima hal tersebut
adalah (1) membaca Alqur’an dengan mengendapkan maknanya, (2)
memperbanyak melakukan shalat malam, (3) berkumpul dengan orang Shaleh
atau bergaul dan berguru pada orang Shaleh, (4) mampu menahan lapar atau
perbanyak berpuasa, dan (5) perbanyak berdzikir di malam hari. Berikut
kutipannya.
Tombo ati iku limo sak wernane
Kaping pisan maca Qur’an sak maknane
Kaping pindu shalat wengi lakonono
Kaping telu wong kang shaleh kumpulono
Kaping papat kudu weteng engkang luwe
Kaping limo dzikir wengi engkang sue
Syair obat hati ini kemudian diakhiri:
Insya Allah Gusti Allah ngijabahi
Insya Allah, Allah mengabulkan
Mengingat Kematian
Setiap yang hidup pasti akan mati, demikian halnya dengan manusia. Semua
manusia di dunia ini akan mati. Untuk itu melalui salah satu
puji-pujian manusia diingatkan akan datangnya kematian. Adapun teksnya
adalah sebagai berikut.
Ilingono para timbalan
(Ingatlah jika sudah waktunya dipanggil)
Timbalane ora keno wakilan’
(Panggilannya tak bisa diwakilkan)
Timbalane kang maha mulya
(Panggilan dari Yang Maha Kuasa)
Gelem ora bakal lunga
(Mau-tak mau harus pergi)
Panggilan yang dimaksudkan adalah panggilan Yang Maha Kuasa.Tak ada
satupun yang kuasa menghalanginya. Harta, tahta, ataupun kerabat dan
keluarga takkan bisa menghentikannya. Panggilan untuk
mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama di dunia. Hendaknya
selama masih hidup selalu ingat dan takut hanya pada Allah karena dengan
rasa takut itu menjadikannya berhati-hati dan berusaha selalu di jalan
yang benar.
Gambaran orang yang sudah mati dalam teks puji-pujian adalah sebagai berikut.
Klambine diganti putih
(Bajunya diganti putih)
Nek budal ora bisa mole
(Jika berangkat tak bisa kembali)
Tumpak ane kereto jowo
(Kendaraannya kereta Jawa)
Roda papat rupa menongsa
(Beroda empat berupa manusia)
Oma e rupa goa
(Rumahnya serupa Go’a)
Ora bantal ora keloso
(Tak ada bantal ataupun tikar)
Omah e gak nok lawange
(Rumahnya tidak ada pintunya)
Turu ijen gak nok rewange
(Tidur sendirian tak ada yang menemani)
kyaijabir.blogspot.com. Perintah untuk memperbanyak mengingat kematian dalam sebuah hadist yang
diriwayatkan Tirmidzi (dalam Addimasyqy, 1983: 1048) menyebutkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda: ” Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang
melenyapkan segala macam kelezatan (kematian)”. Selain itu, mengingat
kematian dapat melebur dosa dan berzuhud. Dengan mengingat kematian maka
kematian itu sendiri sebagai pengingat pada diri sendiri dan orang yang
tercerdik adalah orang yang terbanyak mengingat kepada kematian
sebagaimana makna hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu
Abiddunnya berikut.
”Secerdik-cerdik manusia ialah yang terbanyak ingatannya kepada
kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian
itu. Mereka itulah orang-orang yang benar-banr cerdik dan mereka akan
pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan akhirat” (dalam Addimasyqy,
1983: 1049).
Ajaran Tasawuf yang salah satunya adalah ajakan untuk melakukan zuhud
merupakan salah satu jalan untuk takut dan berusaha mendekatkan diri
pada Allah. Menurut Imam Ahmad bin Hambal (dalam Dahlan, dkk, 1988:
324), seorang ahli fiqih, membagi zuhud menjadi tiga, yakni (1)
meninggalkan yang haram (zuhud orang awam); (2) meninggalkan yang tak
berguna dari yang halal (zuhud orang khawash, para aulia’); dan (3)
meninggalkan sesuatu yang dapat memalingkan diri dari Allah SWT (zuhud
orang Arifin, orang yang sangat dekat dan kenal benar pada Allah.
referensi:
Faiqotur Rosidah
Pengajar di P.P Darul ‘Ulum Peterongan Jombang, sedang menyelesaikan
S-2 di Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (UNESA